Sebagai makhluk sosial memang sudah seharusnya kita sebagai manusia
berinteraksi, bergaul, dan berkumpul dengan manusia lainnya. Karena ini memang
sudah kodrat yang dimiliki manusia itu sendiri. Mulai dari kita lahir dan
bertemu dengan orang-orang yang pertama kali kita jumpai di dunia, kita
membutuhkan orang yang dapat membantu persalinan ibu kita agar ibu dan bayi
yang akan lahir selamat.
Sampai ketika kita meninggal dan terakhir kali melihat orang-orang yang
kita sayangi, kita sangat membutuhkan orang yang mengurusi pemakaman, untuk
memandikan jenazah, mengkafani jenazah, dan lain-lain karena orang yang sudah
meniggal tak akan mungkin mengurusi pemakamannnya sendiri.
Tak akan lepas dari peranan kita sebagai makhluk sosial. Karena manusia
dalam kehidupan sehari-hari selalu bergantung kepada manusia lainnya. Seperti
contoh dokter dan pasien. Dokter tidak akan mendapatkan penghasilan jika tidak
ada pasien, sebaliknya pasien tidak akan sembuh jika tidak ada dokter.
Masih banyak contoh lain yang dapat kita temukan di sekitar kita dalam
kehidupan sehari-hari. Tapi dari contoh yang sudah diberikan di atas sudah
jelas bahwa manusia tidak akan lepas dari manusia lain. Itulah mengapa manusia
disebut sebagai makhluk sosial.
Jika manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya, maka berbeda dengan hewan, jerapah misalnya,
ketika binatang ini lahir hanya dalam beberapa menit saja ia sudah bisa berdiri
tegak dan berjalan mengikuti induknya. Karena untuk mempertahankan dirinya
hewan di bekali insting. Insing atau naluri adalah sesatu yang sejak lahir,
yang diperoleh bukan memalui proses belajar.
Manusia berbeda dengan hewan, untuk mempertahankan hidupnya dia dibekali
dengan akal. Insting yang dimiliki manusia sangat terbatas, ketika bayi lahir
misalnya, ia hanya bisa memiliki insting menangis. Bayi lapar maka ia akan
menangis dan saat bayi sedang pipis.
Namun potensi yang ada
dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di
tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia harus belajar dari
manusia lainnya.
Cooley berpendapat
bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap.
Pada tahap pertama,
seseorang mempunyai presepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
Tahap kedua, seseorang
mempunyai presepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya.
Tahap ketiga, seseorang
mempunyai perassaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain
terhadapnya itu.
Contohnya : seseorang
cenderung memperoleh nilai rendah misalnya 5 atau 4 dalam ujian-ujian
semesternya, misalnya bahwa para guru di sekolahnya menganggapnya ia bodoh. Ia
merasa pula bahwa karena ia dinilai bodoh maka ia kurang di hargai para
gurunya. Karena merasa kurang di hargai, siswa tersebut menjadi murung. Jadi
disini perasaan diri sendiri seseorang merupakan pencerminan diri penilaian
orang lain (looking-gass self)
Karena manusia adalah
mahluk sosial, mereka berinteraksi dengan yang lain tidak selamanya interaksi
itu berjalan dengan baik, terkadang menimbulkan hal-ha lain yang negatif.
Sifat-sifat negatif
yangs ering ditampilkan itu disebut prasangka (lrejudice).
Prasangka merupakan
suatu istilah yang mempunyai berbagai makna. Namun dalam keitannya dengan
hubungan antarkelompok istilah ini mengacu pada sikap permusuhan yang ditujukan
terhadap suatu kelompok tersebut mempunyai ciri-ciri yang tudak menyenangkan.
Orang yang berprasangka
bersifat tidak rasional dan berada di bawah sadar sehingga sukar diubah
meskipun orang yang berprasangka tersebut diberi penyuluhan.
Sosialisasi merupakan
proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para pakar
berbicara mengenai bentuk-bentuk sosialisasi
Seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup,
atau pendidikan berkesinambungan.
Disinilah pendidikan Ilmu Sosial Dasar
(ISD) sangat dibutuhkan oleh semua kalangan khususnya mahasiswa yang akan
segera terjun ke masyarakat. Mahasiswa
harus dibekali Ilmu Sosial Dasar (ISD) sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) di
perguruan tinggi.
Karena seperti yang kita ketahui , kita
sebagai mahasiswa tidak dapat mengandalkan hanya berkonsentrasi pada disiplin
ilmu tertentu saja untuk menghasilkan seorang terdidik yang berkualitas dan
seimbang serta tidak meninggalkan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya akan lebih baik bila Ilmu
Sosial Dasar (ISD) dapat disampaikan secara riil dengan penyampaian berdasarkan
contoh atau jika perlu pada prakteknya. Sehingga tidak hanya berkutat pada
bidang teori yang bahwasanya hal itu sangat tidak efektif dan bersifat
berputar-putar pada kata-kata yang belum tentu diketahui maknanya.
Oleh karena itu sebagai mahasiswa patut mempelajari Ilmu Sosial Dasar (ISD)
sejak dini. Ilmu Sosial Dasar (ISD) tidak hanya dapat diberikan di sekolah
formal saja tetapi peranan orang tua dan lingkungan keluarga pun dapat menjadi
penentu kualitas manusia itu sendiri dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar