Kamis, 09 Mei 2013

Ritual Kasada dan Suku Tengger, Rahasia di Balik Keindahan Bromo

Jawamerupakan kepulauan yang penuh dengan keragaman budaya. Di setiap pelosok, tersimpan keunikan budaya yang tak ada habisnya. Salah satu suku dan budaya yang melekat hingga sekarang adalah budaya di gunung bromo, Jawa timur. Suku Tenger dan Ritual Kasada, namanya.

Ritual Kasada diadakan di Bromo oleh para suku Tenger. Upacara yang diadakan berupa membawa hasil bumi dan sesaji ke atas kawah gunung Bromo suku Tengger menyakini bahwa gunung Bromo merupakan gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakkan upacara Yadnya Kasada di sebuah pura di utara kaki gunung Bromo. Upacara ini diadakan ditengah malam bulan purnama sampai menjelang dini hari.

Di tahun 1990, suku Tengger berjumlah 50 ribu orang yang tinggal dilereng gunung Semeru dan sekitar Kaldera. Mayoritas suku Tengger beragama hindu keberadaan mereka sangat dihormati oleh penduduk disekitarnya karena mereka memegang teguh budayannya dengan hidup jujur dan tidak iri hati.

Konon, Suku Tengger adalah keturunan Roro Anteng (putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (putera Brahmana). Bahasa daerah yang mereka gunakan sehari hari adalah bahasa jawa juno. Mereka tidak memiliki kasta bahasa, sangat berbeda dengan bahasa jawa yang dipakai umumnya karena mempunyai tingkatan bahasa.

Ritual Kasa juga dilakukan untuk mengangkat seorang  tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapatdiangkat oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera mantera.

Tepat tengah malam diadakkan pelantikan dukun dan pemberkatanumat dipoten lautan pasir gunung bromo. Bagi masyarakat Tengger, peranan dukun adalah sangat penting. Karena mereka bertugas memimpin acara-acara ritual, perkawinan, dan sebagainya.

Setelah upacara selesai, suku Tengger melempar sesaji yang berisi macam-macam hasil bumi seperti buah-buahan ke dalam kawah gunung Bromo, para pengemis dan penduduk tengger yang tinggal di pedalaman menerima sajian yang diberikan suku Tengger.

Sejak jauh-jauh hari,mereka datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar. Suku Tengger melemparkan sesaji kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenk moyang mereka.

Gunung bromo, selain keindahan alamnya yang mengagumkan, ternyata juga memiliki daya tarik budaya, yaitu Yadnya Kasada atau Kasodo yang digelar setiap bulan Kasada hari-14 dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger. Upacara sesembahan atau sesajen ini adalah untuk hyang widhi dan para leluhur, terutama Roro Anteng(putri raja majapahit) dan Joko Seger(putra brahmana). Upacara adat ini digelar di pura luhur poten, tepat dikaki Gunung bromo, pada tengah malam hinga dini hari. Upacara adat suku Tengger ini bertujuan untuk mnegangkatdukun atau tabib yang ada disetiap desa disekitar Gunung bromo. Dalam festival ini suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa sayuran, ayam, dan bahkan uang kekawah gunung tersebut.


FILOSOFI RITUAL KASADA DAN SUKU TENGGER



Mt. Bromo
     Geograf yunani herodotus "Egy is a gift of the Nileriver". Dengan pernyataan itu diamenegaskan determinisme geografi terhadap tumbuhnyaperilaku dan budaya manusia. Secara gampang gegrafyunani tersebut ingin mengatakanbahwa peradaban mesir dengan piramid, spinx, mummi, hierogyph serta berbagai ritual/ceremony dan filosofi of lifenya yang pernah ada itu adalah hadiah sungai Nile (Nile merupakan sebuahkeniscayaan tanpa adanya sungan itu, peradaban mesirtidak akan pernah ada/eksis).


Kasodo Ceremony 
        Dalam pemahaman secara luas,budaya juga mencangkup kepercayaan/religi.  Herodotus menyampaikan bahwa budaya dalam berbagai bentuknuya(bentuk benda,bentuk ide dan bentuk perilaku terpola) adalah hasil interelasi yang dipengaruhi kuat oleh keadaan geografi tempat dimana pemangku budaya itu tinggal. Pemahamamnya begini : Masyarakat yang tinggal di pantai dan berinteraksi dengan  pantai, akan membentuk "budaya pantai"(baca:nelayan) hasilnya ?=peralatan nelayan = kali, perahu, jala, dayung (benda): pengetahuan arah, waktu/musim, jenis ikan serta kapan masa tangkap dan bagaimana cara menangkapnya(idee);tarian dan kebiasaan hidup(tingkah lau pola-nya).Sebaliknya masyarakat budayanya sendiri yang berbeda sama sekali dengam masyarakat pantai.


      Bromo dan Kasodo adalahdua konsep berbeda namun saling terkait Bromo=konsep geografis sementara Kasodo konsep sosial,budaya, dan religi (ritual religi). Nama Bromo berasal dari bahasa Sangsekerta/ jawa kuno yang artinhya brahma, salah satu dewa utama hindu. Masyarakat tengger meyakini bahwa di gunung bromo merupakan tempat tinggal para dewa, dan ke gunung inilah mereka pergi memohon pada yang mereka sembah. Ritual Yadnya Kasada memberikan gambaran kepada kita mengenai keyakinan tersebut. Keberadaan ritual Kasodo menurut kisah masyarakat Tengger sebagaimana petikan dibawah ini.

          Menurut cerita, asal mula upacara Kasada terjadi beberapa adat yang lalu. Pada masa kekuasaan pemerintahaan Dinasti Brawijaya dari kerajaan Majapahit. Sang permaisuri dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Roro Anteng, setelah menjelang dewasa sang putri mendapat pasangan seorang pemuda dari kasta brahmana bernama Joko Seger. Ketika majapahit mengalami kemunduran dan bersamaan dengan mulai menyebarkan agama Islam di jawa, beberapa punggawa kerajaan dan beberapa kerabatnya memutuskan untuk pindah ke wilayah timur, dan sebagian menuju kekawasan pegunungan Tengger termasuk pasangan Rara anteng dan Jaka seger.

          Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintahkan dikawasan Tnegger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya "penguasa tenggeryang budiman". Nama tenger diambil dari akhir suku kata nama Rara anteng dan Jaka seger.Kata tengger berarti juga Tenggering budi luhur atau pengenalan moral tinggi simbol perdamaian abadi.Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara anteng dan Jaka Tengger berumah tangga belum juga dikaruniai keturunan.Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada yang maha kuasa agar karuaniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan kekawah gunung bromo. Pasang roro anteng dan jaka seger menyanggupi dan kemdian didapatkannya 25 orang anak putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara anteng dan Jaka Seger ingkar janji, dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah gunung bromo menyemburkan api.

Kesuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk kekawah bromo, bersamaan hilangnya kesuma terdengarlah suara gaib "saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan hyang widhi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram sembahlahhyang widhi. Aku ingat agar kalian setiap bulangKasada pada hari ke 14 mengadakan sesaji kepada hyang widhi dikawah gunung bromo. kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara kasada dipoten, yaitu kawasan lautan pasir dan kawan gunung bromo.

1 komentar: