Senin, 27 Oktober 2014

Tugas Softskill Bahasa Indonesia

1. Cari Wacana yang Membedakan Pemanfaatan Bahasa Indonesia Pada Tataran Ilmiah, Semi Ilmiah dan Non Ilmiah

2.   Buatlah karangan singkat mengenai penggunaan Bahasa       Indonesia dilingkungan keluarga



1.       Wacana pada Tataran Ilmiah


Merupakan wacana yang memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Karya Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. adapun pengertian lain tentang kara ilmiah dimana dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Contoh makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi.

Wacana ilmiah.
Tumbuhan Akuatik
            Tumbuhan akuatik adalah tumbuhan yang berhabitat di lingkungan air. Tumbuhan ini sangat mudah kita jumpai karena habitatnya yang mudah di temui oleh setiap orang. Tumbuhan akuatik disebut juga tumbuhan hidrophytic atau hydrophytes. Dibandingkan dengan jenis tanaman seperti mesophytes dan xerophytes, hydrophytes tidak ada masalah dalam menahan air karena banyaknya air dalam lingkungan tempat tumbuhan tersebut hidup.
Ciri-ciri :

1.      Kutikula tipis. Hal ini bertujuan untuk mencegah kehilangan air.
2.      Sel stomata pada umumnya tidak aktif. Hal ini dikarenakan tumbuhan akuatik tidak memerlukan banyak kontrol dalam siklus air.
3.      Peningkatan jumlah stomata. Hal ini bertujuan untuk siklus pengeluaran air pada tumbuhan tersebut untuk menghindari kelebihan
air.
4.      Flat daun pada permukaan tanaman untuk pengapungan.
5.      Mempunyai akar yang kecil agar air dapat tersebar langsung ke daun.
6.      Akar dapat mengmbil oksigen langsung dari dalam air.


Beberapa jenis tanaman air :

1. Lotus
            Tanaman jenis ini membutuhkan media air dan tanah

2. Teratai
            Tanaman jenis ini membutuhkan media air dan tanah, biasanya diletakkan dalam pot tanah liat yang melebar. Daun teratai akan besar jika cukup zat makanan dan pupuk, daunnya akan terbentang dam membesar d atas permukaan air.

3. Kapu-kapu
            Tanaman jenis ini membutuhkan media air dan tanah. Tanaman jenis ini tidak dapat terkena sinar matahari langsung dan tidak bisa mendapatkan terlalu banyak air, agar daunnya tidak cepat hancur.

Keterangan :

Tumbuhan Akuatik : Tumbuhan air
Tumbuhan Mesophytes : Tumbuhan yang hidup pada suhu rata-rata dan kelembaban yang cukup.
Tumbuhan Xerophytes : Tumbuhan yang hidup pada habitat kering.
Kutikula : Kulit tumbuhan
Stomata : Mulut daun




Wacana pada Tataran Semi Ilmiah

Merupakan wacana yang karakteristiknya berada di antara ilmiah dan non ilmiah. Semi Ilmiah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Contoh artikel, editorial, opini, feuture, reportase. 


Wacana Semi Ilmiah.
Pendiri Facebook Anggota Illuminati?

Pernahkah Anda penasaran, mengapa pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg begitu senang memakai hoodie (jaket bertudung-red)?

Pekan lalu, saat diwawancarai oleh Kara Swisher dan Walt Mossberg dari All Things Digital, di konferensi D8 di Rancho Palos Verdes, California, Zuckerberg menyingkap 'rahasia' jaketnya.

Saat dihujani pertanyaan mengenai privasi, keringat Zuckerberg mengucur deras sehingga ia pun melepas jaket tudungnya itu.

Ternyata jaket itu menarik perhatian Kara Swisher, karena di dalam jaket itu terdapat simbol bergambar lingkaran beserta anak panah yang menuju ke enam penjuru arah mata angin. Di titik pusat keenam anak panah itu, terbentuk lambang bintang daud.

"Apa ini, apakah kamu ikut semacam pemujaan setan," kata Kara Swisher sambil melihat jaket milik Zuckerberg, dikutip dari situs SFWeekly.

Swisher juga menambahkan bahwa gambar di jaket itu mengingatkan dia pada simbol illuminati. Sementara Gawker.com menambahkan bahwa simbol itu juga mempresentasikan wajah iblis Beelzebub pada mitologi Yahudi.

Zuckerberg sendiri sudah banyak diketahui sebagai anak keturunan dari pasangan keluarga Yahudi-Amerika, Edward dan Karen Zuckerberg.
Saat kuliah di Di Harvard, pria yang kini berusia 26 tahun itu, juga bergabung dengan Alpha Epsilon Pi, sebuah organisasi persaudaraan Yahudi.

Namun, menurut sumber SF Weekly, belum ada bukti-bukti yang cukup kuat bahwa terdapat ritual-ritual rahasia semacam yang dilakukan oleh kelompok illuminati, di Facebook.
Logo di dalam jaket Mark Zuckerberg

Logo tersebut hanya digambarkan sebagai pernyataan misi tak resmi Facebook, karena tulisan di gambar itu senada dengan apa yang selalu ditekankan oleh Zuckerberg. "Facebook, Making the World Open dan Connected."

Namun, jaket tersebut keburu menghebohkan. Menurut laporan dari TechCrunch, salah seorang yang juga memiliki jaket yang sama persis, melelangnya lewat eBay.

"Ini adalah edisi terbatas, cuma dimiliki oleh karyawan. Saya diberikan jaket ini oleh salah seorang karyawan Facebook, namun sekarang bisa Anda miliki," kata pelelang jaket ini di eBay.
Sampai berita ini diturunkan, jaket ini sudah ditawar seharga US $1,525 atau sekitar Rp 14 juta.



Wacana pada Tataran Non Ilmiah

Satu ciri yang pasti ada dalam Non Ilmiah (fiksi) adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.

Ciri-ciri karangan nonilmiah:
a. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b. fakta yang disimpulkan subyektif,
c. gaya bahasa konotatif dan populer,
d. tidak memuat hipotesis,
e. penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. bersifat imajinatif,
g. situasi didramatisir, dan
h. bersifat persuasif.

Contoh karangan nonilmiah adalah:
Dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman adalah contoh karangan nonilmiah.


Wacana Non-Ilmiah.
Pogi yang Malang

Pogi adalah pemuda yang malas. Kerjanya hanya makan, tidur, dan bermain-main. Ayah dan ibunya tidak melarang sebab mereka adalah keluarga kaya. Apa saja kemauan Pogi selalu dituruti.

Suatu pagi, Pogi pergi bermain ke hutan. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pengembara yang membawa lima karung yang berat.
”Hai, pemuda ! Maukah kau menolongku membawa karung ini ke kota ? ”tanya pengembara itu.
Pogi pura-pura tidak mendengar. Ia tetap berjalan perlahan sambil mengamati tumbuhan.

”Nak, aku akan memberimu salah satu dari kantong ini. Silahkan pilih!”
Pogi masih pura-pura tidak mendengar. Huh! Tadi minta tolong sekarang malah mau memberi karung. Paling-paling isinya Cuma sampah, bati Pogi.

” Anak muda, karungku yang bertali merah ini berisi ramuan obat segala penyakit, sedangkan yang bertali biru berisi bibit padi segala musim. Atau kamu mau karung dengan tali berwarna putih? Ini berisi kain sutera pilihan, yang bertali hijau berisi aneka macam penyedap masakan, dan yang berwarna kuning berisi emas permata. Nah, pilihlah salah satu!”

”Ah, baiklah.”kata Pogi semangat. ”Aku pilihyang berwarna kuning aja.”
”Apakah kamu yakin karung ini membawa keberuntungn bagimu?”
”Sangat yakin. Sudahlah, cepat berikan. Aku tidak sabar membawanya pulang .”omel Pogi .

Pengembara itu menyerahkan karung yng bertali kuning. Pogi langsung membawa karung itu pergi tanpa berterima kasih. Setelah agak jauh, dibukanya karung itu. Ah, betapa gembiranyaPogi saat melihat banyak emas di dalamnya. Pogi lalu melanjutkan perjalanan pulang.

Tiba-tiba...
”Pokoknya kalau bertemu orang kaya, kita rampok saja.” kata salah satu orang.
Pogi yang mendengar suara itu, cepat-cepat bersembunyi. Setelah kedua orang itu berlalu, Pogi segera keluar dari persembunyiannya. Ia meneruskan dengan tergesa-gesa dan takut. Sampailah

Pogi di tepi sungai. Di tempat penyeberangan itu tampak sepi. Hanya ada tiga penarik perahu.
”Sepi sekali hari ini.”ujar yang bertubuh paling kecil.
”Benar tidak seperti bisanya.” jawab yang berambut keriting.
”Bagaimana kalau kita rampok saja orang yang menyeberang dengan perahu kita ini ?” tanya yang bertubuh kekar.

Ketiga penarik perahu tertawa terbahak-bahak. Mendengar hal itu Pogi semakin ketakutan. Diambilnya jalan pintas. Pogi berenang menuju ke seberang sungai. Sesampainya di tengah sungai, seekor buaya menuju ke arahnya.
Tanpa ragu-ragu, Pogi memukul moncong buaya itu dengan karung yang dipanggulnya. Buaya itu malah membuka moncongnya. Pogi tak banyak berpikir. Dilemparnya karung berisi emas itu ke arah buaya. Lemparan tepat sekali. Buaya itu kesulitan mengunyah karung. Pogi merasa musuhnya lengah. Ia berenang ke tepian secepatnya.
Sejak kejadian itu, Pogi menjadi sadar., ternyata emas tidak mendatangkan keberuntungan baginya. Justru mendatangkan bahaya. Sejak itu Pogi menjadi rajin dan bijaksana.

Sumber :
• Aku Cinta Bahasa Indonesia kelas IV , Tiga Serangkai
• http://muthiah-muthiah.blogspot.com/2010/10/wacana-non-ilmiah.html




2. Penggunaan Bahasa Indonesia dilingkungan Keluarga

 Struktur Bahasa Gaul

Ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti “memang – emang”.

Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. (Nyoman Riasa)

1) Pengunaan awalan e

Kata emang itu bentukan dari kata memang yang disispi bunyi e. Disini jelas terjadi pemendekan kata berupa mengilangkan huruf depan (m). Sehingga terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan merancu dari kata aslinya.

2) Kombinasi k, a, g

Kata kagak bentukan dari kata tidak yang bunyinya tid diganti kag. Huruf konsonan pada kata pertama diganti dengan k huruf vocal i diganti a. Huruf konsonan kedua diganti g. sehingga kata tidak menjadi kagak.

3) Sisipan e

Kata temen merupakan bentukan dari kata teman yang huruf vocal a menjadi e. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pelafalan.



             Bahasa Indonesia                dan         Bahasa Gaul
Teman
Temen
Tidak
Kagak
Memang
Emang
Malas
Males
Terus
Teyus
Aku, Saya
Gue
Kamu
Elo
Tidak peduli
Emng gue pikirin
Di masa depan
Kapan - Kapan
Hai
Hey


Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang formal Contoh :

·Apa kamu sudah menyapu rumah bagian belakang ?
·Apa yang kamu lakukan tadi?

·Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Ayah dengan seorang anak
·Ayah : Nak apa kamu sudah mengerjakan PR?
·Anak : Sudah saya kerjakan pak.
·Ayah : Bagus, sekarang tolong kamu bantu ibu didapur.
·Anak : Baik pak.



Pengaruh penggunaan Bahasa Gaul terhadap penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dikalangan pelajar

Bahasa Gaul adalah Bahasa non resmi yang digunakan oleh kalangan tertentu ,sifatnya sementara,bahasa gaul digunakan untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelmpok usia lainagar pihak lain tidak mengetahui apa yang sedang di bicarakan.Banyak diantara kalangan pelajar menggunakan bahasa Gaul dan sering menyingkat kata-kata dalam kehidupan sehari-hari.Hal tersebut membuat Peranan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sedikit terganggu.Pasalnya,Banyak pelajar dimasa sekarang mengikuti jaman yang semakin bekembang baik dari segi budaya dan perilaku .

Para responden mengakui bahwa penggunaan bahasa gaul hanya digunakan oleh teman-teman sebayanya,dan orang-orang disekitar yang sering menggunakan  bahasa gaul saat berbicara.Para responden hanya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dengan orang yang lebih tua.Pengaruh Bahasa Gaul terhadap tatanan bahasa Indonesia adalah perkembangan jaman modernisasi ,dimana segala hal yang ada dikalangan pelajar yang selalu ter up-to date. Tren penggunaan bahasa gaul yang diilhami dari pelaku tokoh masyarakat misalnya artis.

Salah satunya adalah penggunaan bahasa Indonesia yang di campur dengan bahasa inggris yang bertujuan agar seseorang dianggap modern.Maraknya penggunaan bahasa gaul dalam pesan singkat,hal ini secara tidak langsung mempengaruhi penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dikalangan pelajar.

Alasan para pelajar lebih menyukai Bahasa Gaul daripada Bahasa Indonesia
Menurut para responden,alasan para pelajar lebih menyukai Bahasa gaul daripada Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
·         Karena dengan bahasa gaul bisa lebih akrab,tapi hanya untuk seumuran saja.
·         Karena responden merasa lebih nyaman menggunakan  bahasa tersebut, bahasa gaul lebih santai,banyak orang menggunakan bahasa gaul saat berbicara ,serta lebih efektif untuk SMS.
·         Supaya tidak monoton dan lebih efektif.
·         Karena lebih efisien untuk berbicara .
·         Penggunaan Bahasa Gaul lebih cepat dan lebih santai .
·          Hanya ikut-ikutan saja.
·         Supaya lebih terlihat Gaul dan modern.
·         Bahasanya simple ,mudah ,dan tidak terlalu panjang.

Dampak  positif dalam penggunaan bahasa gaul yaitu responden lebih akrab dan santai dalam berbicara dengan teman sebayanya.Dampak negatifnya adalah bila bahasa gaul digunakan untuk bebicara dengan orang yang lebih tua ,akan susah dimengerti dan terkesan terburu-buru.Dampak dari bahasa gaul yang paling terlihat adalah gaya hidup, entah itu cara berpakaian, cara bertutur kata, cara belajar, aplikasi teknologi yang makin maju dan lain-lain.

Gaya hidup yang mengarah pada modernisasi tersebut biasanya tampak terlihat pada kalangan masyarakat (remaja) yang berada pada jenjang pendidikan SMA sampai Perguruan Tinggi. Mereka yang ingin diakui sebagai remaja jaman sekarang yang gaul, funky, keren tidak ragu untuk menunjukkan identitas mereka melalui gaya hidup yang modern



Selasa, 06 Mei 2014

PERAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI



Pendahuluan

Globalisasi perekonomian membawa tantangan baru bagi organisasi untuk tetap bertahan hidup dalam persaingan yang makin kompetitif. Organisasi bisnis maupun organisasi non bisnis dituntut untuk memiliki SDM yang kompeten yang mampu menjalankan dan menyelesaikan tugas dan kewajibannya secara lebih baik. Individu harus terlatih untuk secara aktif bertanggung jawab atas perilaku mereka, mengembangkan dan saling berbagi informasi tentang pekerjaan. Pemberdayaan karyawan akan sangat menentukan kesuksesan organisasi. Organisasi harus menyadari bahwa makin kompetitifnya lingkungan bisnis mereka, memerlukan pembelajaran yang lebih efektif, pemberdayaan karyawan, dan komitmen yang lebih besar dari setiap orang yang terlibat dalam organisasi. Perusahaan harus memahami bahwa kunci untuk meraih kinerja perusahaan yang lebih baik adalah komunikasi.

Ditinjau dari segi kepemimpinan dalam organisasi dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar bekerja bersama sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, selain itu ia harus bisa membedakan antara otoritas (suatu wewenang yang didelegasikan dari atas melalui rantai perintah) dan kepemimpinan (suatu wewenang yang didapat seseorang dari rekan maupun bawahannya). Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan, seorang pemimpin harus memahami benar bahwa individu merupakan komponen penting dalam organisasi sehingga harus dilibatkan dalam pendelegasian tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi dengan tanpa mengabaikan aspek budaya dan lingkungan organisasi, serta adanya persetujuan antara pihak manajemen dengan bawahan (Conger,1998). Untuk menunjang fungsi inilah dibutuhkan adanya komunikasi yang berkualitas yaitu dengan sikap antusias terhadap semua kegiatan operasi, komunikasi dua arah antara pemimpin dengan pekerja, dan perhatian yang cukup dalam hubungan dengan bawahan.
                                                       


Komunikasi : Definisi dan Proses

Kesuksesan organisasi sangat dipengaruhi oleh kapabilitas dan kompetensi masing-masing individual dan kerjasama antar anggota tim dalam organisasi. Dalam menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya komunikasi. Ditinjau berdasarkan teknis pelaksanaannya, komunikai dapat dirumuskan sebagai kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh mana kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu kepada orang yang menyampaikan pesan tersebut kepadanya.

Argiris (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang, kelompok, atau organisasi (sender) mengirimkan informasi (massage) pada orang lain, kelompok, atau organisasi (receiver). 
 Proses komunikasi umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pengirim pesan mengirimkan informasi pada penerima informasi melalui satu atau beberapa sarana komunikasi. Proses berlanjut dimana penerima mengirimkan feedback atau umpan balik pada pengirim pesan awal. Dalam proses tersebut terdapat distorsi-distorsi yang mengganggu aliran informasi yang dikenal dengan noise.

Proses komunikasi dapat dijelaskan melalui pemahaman unsur-unsur komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dan gangguan saat terjadi komunikasi, situasi ketika komunikasi dilakukan, pihak yang menerima pesan, umpan dan dampak pada pengirim pesan. Pengirim atau sender merupakan pihak yang mengawali proses komunikasi. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim harus mengemas ide atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh penerima, Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding.

Pesan yang akan dikirimkan harus bersifat informatif artinya mengandung peristiwa, data, fakta, dan penjelasan. Pesan harus bisa menghibur, memberi inspirasi, memberi informasi, meyakinkan, dan mengajak untuk berbuat sesuatu. Pesan yang telah dikemas disampaikan melalui media baik melalui media lisan (dengan menyampaikan sendiri, melalui telepon, mesin dikte, atau videotape), media tertulis (surat, memo, laporan, hand out, selebaran, catatan, poster, gambar, grafik), maupun media elektronik (faksimili, email, radio, televisi).

Penggunaan media untuk menyampaikan pesan dapat mengalami gangguan (noise) yang dapat menghambat atau mengurangi kemampuan dalam mengirim dan menerima pesan. Gangguan komunikasi dapat berupa faktor pribadi (prasangka, lamunan, perasaan tidak cakap) dan pengacau indra (suara yang terlalu keras atau lemah, bau menyengat, udara panas). Situasi juga dapat mempengaruhi jalannya komunikasi karena situasi dapat mempengaruhi perilaku pihak yang berkomunikasi sehingga pada waktu berkomunikasi dengan pihak lain tidak hanya harus mempertimbangkan isi dan cara penyampaian, tetapi juga situasi ketika komunikasi akan disampaikan.

Setelah pesan disampaikan, pihak yang menerima pesan (receiver) harus dapat menafsirkan dan menerjemahkan pesan yang diterima. Penafsiran pesan mengkin akan sama atau berbeda dengan pengirim pesan. Jika penafsiran sama, maka penafsiran dan penerjemahan penerima benar dan maksud pengirim tercapai.

Jika penafsiran berbeda maka penafsiran dan penerjemahan salah dan maksud tidak tercapai. Penafsiran pesan ini sangat dipengaruhi oleh ingatan dan mutu serta kedekatan hubungan antara pengirim dan penerima.
Unsur terakhir dalam komunikasi adalah umpan balik merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Umpan balik bisa berupa tanggapan verbal maupun non verbal dan bisa bersifat positif maupun negatif. Umpan balik positif terjadi bila penerima menunjukkan kesediaan untuk menerima dan mengerti pesan dengan baik serta memberikan tanggapan sebagaimana diinginkan oleh pengirim. 

Sedangkan umpan balik negatif dapat benar juga dapat salah. Umpan balik negatif dikatakan benar jika isi dan cara penyampaian pesan dilakukan secara benar, penafsiran dan penerjemahan penerima pesan juga benar. Umpan balik negatif dikatakan salah jika isi dan cara penyampaian pesan dilakukan secara benar tetapi penafsiran pesan salah. Dalam komunikasi secara bergantian peran penerima pesan bisa berubah menjadi pengirim pesan dan pengirim pesan berubah menjadi penerima pesan.



Jenis – jenis Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.

Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal ( bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok.
Jenis komunikasi terdiri dari:
1. Komunikasi verbal dengan kata-kata
2. Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh

1. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.

2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
a. Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress


Contoh Konflik Komunikasi dalam Organisasi

Misalnya pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staff lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staff merasa lebih ahli. Ujung-ujungnya miss understanding di kalangan pelaku organisasi karena informasi yang diterima kurang jelas atau bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya.

Dalam konflik ini bisa kami simpulkan bahwasanya dalam berorganisasi kita tidak boleh meninggalkan yang namanya 3K (komunikasi, konfirmasi, koordinasi). Pentinggnya komunikasi dalam organisasi sangat berpengaruh terhadap kelangsungan anggota dalam berorganisasi



PENUTUP

Komunikasi merupakan satu hal penting untuk menunjang kesuksesan organisasi baik dalam meningkatkan kinerja organisasi maupun adaptasi organisasi terhadap setiap perubahan lingkungan bisnis yang ada sehingga organisasi bisa tetap survive bahkan meraih keunggulan kompetitifnya. Melalui komunikasi yang baik antar individu dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam organisasi maupun diluar organisasi, organisasi dapat memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Untuk mengembangkan komunikasi yang baik ini diperlukan peran aktif manajer maupun bawahan melalui aplikasi beberapa teknik yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.



Referensi :

Argiris C., 1994. Good communication that block learning. HBR. July - Agustus

Conger, A. J., 1998. The Necessary Art of Persuasion. HBR. May – June

Dean, O., Popp, G.E., 1990. Intercultural communication effectiveness as perceived by American managers in Saudi Arabia and French managers in the US. International Journal of Intercultural Relation, 12 (3), 405-424.

Griffith, D.A., 2002. The role of communicayion competencies in international business relationship development. Journal of World Business, 37 (4), 256-265.

Graham, H.G., 1991. The Impact of non verbal communication of organization: A survay of perceptions. The journal of Business communication. Winter 1991.

Konutson, T.J., Komolsevin, R., Chatiketu, P., Smith, V.R., 2003. A cross cultural comparason of Thai and US American rethorical sensitivity implications for intercultural communication effectiveness. International Journal of Intercultural Relation, 27 (1), 63-78.

Koester, J., Olebe, M., 1988. The behavioral assessment scale for intercultural communication effectiveness. International Journal of Intercultural Relation, 12 (3), 233-246.

Xie, A., Rau, L.P., Tseng, Y., Su, H., Zhao, C., 2008. Cross cultural influence on communication effectiveness and user interface design. International Journal of Intercultural Relation, 32 (1), 80-91